PENYESALAN
https://www.facebook.com/fahmifajrianto1
Angin malam berhembus kencang menerjang lapisan kulit setiap insan yang
merasakan meski rembulan tampil dengan
bulat sempurna meski bintang-bintang terang benderang menghiasi malam, namun pemandangan tersebut tak turut menghibur hati
Jono yang sedang padam bagai tersiram air yang deras.
Jono adalah seorang pria yang sedang
berkepala lima akan tetapi satu persatu anaknya pergi meninggalkan Jono dan
istrinya, mereka tidak tahan dengan kondisi ekonomi keluarganya. Jono termenung
tak berdaya, pandangannya kosong yang di pikirnya hanya satu bagaimana ia
mendapatkan uang dan tidur pulas di rumah bersama Tini istrinya dan Riko
anaknya yang masih tersisa, ia tak berani pulang ke rumah dengan tangan hampa
sebab jika pulang ia hanya mendapatkan cacian dari sang istri bahkan ia di
suruh tidur di luar rumah, sebenarnya Jono tak tahan lagi atas perlakuan Tini,
namun apa daya nasi telah menjadi bubur padahal sejak masih menjadi kekasihnya
,Ibu Jono melarang Jono berhubungan dengan Tini,Ibu Jono tidak suka dengan
sikap Tini yang sombong dan tak sopan itu akan tetapi Jono memperdulikannya, ia
hanya ingin menikah dan membangun keluarga baru bersama istrinya yang cantik
yaitu Tini dan kini hanya ada penyesalan yang mendalam yang di rasakan seorang
pria yang selalu memakai kaca mata minues, selain hidupnya sengsara,ia pun
sudah di coret dalam buku harta warisan orang tuanya,bahkan ia menikah tanpa
restu dan kehadiran sang Ibu yang dulu di sayangnya.
Dua jam
berlalu, Jono masih dalam posisinya, duduk dan memandangi bintang di langit
berharap bintang itu jatuh kemudian ia dapat berdoa agar seseorang dapat
membantu kesusahannya.Dua jam yang tak sia-sia tiba-tiba benda asing jatuh dari
langit,melihat peristiwa tersebut sontak membuat Jono terkejut, ia beranggapan
bahwa benda asing itu adalah sebuah bintang yang jatuh dari angkasa,tanpa pikir
panjang Jono segera memanjatkan doanya.
“wahai
bintang yang jatuh bantu lah aku dari kesusahan ini, berilah jalan keluar untuk
ku”,harapannya yang keluar dari mulut manisnya, meski ia masih percaya dengan
Tuhan.
Selang beberapa menit, suara handphone yang di ikat kuat
menggunakan gelang karet di permukaannya berbunyi dengan nada yang beraturan,
senyum lebar terpasang di bibirnya namun memori otaknya masih mengingat istri
dan anaknya.
“semoga
saja ini berita baik untuk ku”,ucapnya dalam hati.
Tangan kanannya yang semula memegang permukaan kursi kini
beranjak naik merangkul benda kotak kecil itu di saku bajunya, sebuah pesan
singkat dari seseorang yang tak asing dipikirannya. “Jono tolong pulang ke
rumah, Ibumu sakit parah”. Melihat pesan tersebut ekpresi wajahnya mendadak
berubah,aliran darahnhya seakan-akan tak mau mengalir,jantung terasa teriris
belati tajam,tak terasa butir-butir air mata menetes,menetes,dan terus menetes
hingga kini ia di banjiri tangisan,doanya yang sudah ia ucapkan berbalik
menjadi bumerang untuk hidupnya.
“wahai
bintang !,mengapa kau kabulkan doa yang bukan aku harapkan,mengapa kau tega
kepadaku?,menambah beban di hidup ku”,protesnya seraya membentangkan kedua
tangannya,wajahnya menatap ke atas langit memberi ekpresi kesal, seolah tak
terima dengan berita buruk yang telah ia dapatkan.
Derai
air mata yang pada saat itu terus mengalir membasahi pipinya,mengingatkannya
saat ia membuat segores luka di hati ibu nya, mendorong sang ibu hingga
terjatuh dan akhirnya Ayah mengusirnya bersama istrinya,mungkinkah ini balasan
untuk ku ?, ataukah buah dari perbuatan ku selama ini kepada Ibu,pikirnya dalam
hati.
Akhirnya ia bergegas menuju rumah orang tuanya yang sangat
membutuhkan kehadirannya,ia tak peduli nanti jika ibu nya tak menerima
kedatangannya,asalkan ia bisa bertemu dengan ibu,dan ibu nya lah saja.
Sepeda
besi berkarat yang setia menemani kemana Jono pergi itu di
kayuhnya,berkilo-kilo meter jarak yang ia tempuh,keringat terus mengguyur
seluruh tubuhnya,lelah pun di rasakan oleh seorang anak yang merindukan sosok
ibu, namun semua itu terbayar ketika ban kendaraan tak bermesin itu berhenti
tepat di sebuah rumah yang sangat megah, rumah itu milik keluarga besar
KURNIAWAN, rumah yang menemaninya hampir dua puluh tahun,pintu gerbang yang
biasa ia lewati menuju rumah, ayunan yang sejak kecil ia pakai untuk bermain,
kursi bercat putih yang tidak berubah tampilannya yang dulu ia pakai untuk
sekedar duduk-duduk saja, kini membawanya ke dunia masa lalu, masa lalu yang
indah dimana ia selalu di peluk oleh ibu,dimana ibu dan ayahnya selalu memberi
senyuman indah untuknya.Dari balik pintu terlihat sosok manusia yang berbadan
gemuk,berkaca mata,dan berambut pelontos melemparkan satu senyuman manis tepat
mengenai Jono.
“Jono
kesini lah nak, ayah dan ibu merindukanmu”,rayu sang ayah seraya membentangkan
tangannya berharap sang anak memeluk dirinya. “ayah,maafkan jono, jono menyesal
telah berbuat seperti ini”,balasnya
dengan nada yang tak jelas akibat isak tangis yang memburu kemudian
memeluk tubuh ayahnya. “sudahlah jono jangan kau sesalkan perbuatan mu dulu
karena itu sudah ayah lupakan,ayah dan ibu sudah memaafkan mu, ayah dan ibu
juga meminta maaf karena sudah mengusir mu”,jawab ayah seraya mengelus
punggungnya.Perbincangan ayah dan anak tersebut terdengar oleh seorang wanita
tua yang tertutupi oleh uban di rambutnya.“ayah di luar ada siapa ?”,tanya ibu
dengan suara serak sesekali ia batuk.
Pandangan Jono tertuju ke arah Ayah,
setelah pandangannya dan pendengarannya mengarah ke pintu rumah. “itu ibu
nak,ayo lah masuk ke dalam, bertemu lah dengan ibu mu, ibu sangat merindukan mu”,ajak
sang ayah kepadanya, “nanti saja yah, Jono belum siap untuk bertemu ibu,
mungkin besok Jono datang bersama keluarga”,ujar Jono seraya memegang tangan
ayah. “baiklah,ayah mengerti ya sudah
pulanglah nak,istri dan anak-anak mu mungkin mengkhawatirkan mu”,ucap ayah
memberi satu lagi senyuman manis.
Akhirnya Jono pulang dan kembali ke rumahnya dengan rasa senang,tenang
dan nyaman meski Jono masih belum bertemu dengan ibunya setidaknya ayah masih
menyambutnya dengan ramah. Ditengah perjalanan ia dikejutkan dengan temuan
benda asing, benda asing yang berbentuk botol itu memaksa ban sepeda jono
berhenti untuk kedua kalinya, rasa ingin tau nya muncul dipegangnya botol itu
oleh jono kemudian penutup botol itu terbuka ketika jono memaksakan tangannya
untuk membuka, tiba-tiba dari botol itu keluar asap tebal yang menutupi seluruh
pandangannya, namun ketika asap itu sedikit demi sedikit menghilang pandangan
jono tertuju pada sosok orang yang berpostur tinggi jenggotnya dipenuhi uban
penampilannya pun sangat membingungkan jono. “siapa kau!.”ujar jono mengangkat
telunjuknya kearah orang asing itu.
“hahaha...,aku adalah jin dari timur tengah, karena tuan telah
menyelamatkan hamba, hamba beri satu permintaan, apa saja yang tuan minta hamba
akan kabulkan, hahaha... .”jawab jin itu puas.
Mendengar penjelasan jin, jono seolah tak percaya namun apa
salahnya jika mencoba, pikirnya.
“baiklah jika kau bisa kabulkan permintaan ku aku akan percaya padamu
jika tidak kau berarti hanya seorang pembual.” ,“memang apa permintaan mu wahai
tuan ku?.”, “aku ingin kembali ke dua puluh tahun lalu itu saja permintaan ku
wahai mahluk halus.”, “Wahai tuan ku !, maaf kan aku jika aku lancang, aku
hanya ingin tahu dibalik permintaan mu itu, sungguh aku tak mengetahui maksud
permintaan mu.”
“wahai
jin !,jika kau kabulkan permintaan ku nanti, di masa lalu itu aku ingin berubah
dan lebih menghargai kedua orang tua ku termasuk ibuku.”
Mendengar
jawaban jono, jin itu menangis dan akhirnya permintaan jono itu dikabulkan
olehnya denganmemberi satu pesan kepada jono.
“sesungguhnya penyesalan itu akan
datang setelah kita berbuat satu kesalahan, maka jangan lah melakukan kembali
kesalahan itu karena jika melakukan kembali bersiaplah untuk menghadapi
penyesalan.”
Nama :
FAHMI NUR FAJRIANTO
No.bsen : 12
Kelas :
7C